Jumat, 08 April 2011

CERITA TENTANG POLITISI ORAL

Setelah Suharto lengser tahun 1998 banyak orang bersuka cita. Seakan telah lepas dari cengkraman ketakutan berbicara, mengutarakan pendapat dan melontarkan kritik secara terbuka. Sampai sekarang pun setiap ulasan politik selalu menggunakan jargon : …” Setelah 32 tahun demokrasi di 
negeri ini dikekang/dipasung/dikebiri dst.. oleh rejim orde baru….” Jargon itu diucapkan juga oleh tokoh-tokoh politik DPR/MPR serupa yang berjaya ketika mendukung Suharto dan tetap berjaya juga di DPR/MPR masa kini.

“Pemasungan demokrasi selama 32 tahun…” Itulah sumber penyebab runtuhnya bangsa ini. Hukum harus tunduk kepada kebijaksanaan penguasa. Korupsi,uang masuk, pungli, suap dan komisi tumbuh berkembang menjadi tradisi.Dari pejabat negara yang tertinggi, kelas menengah sampai yang terendah dipinggir jalan, mencari tambahan ekstra yang lebih besar dari strok gaji bulanan. Kenapa semua ini bisa terjadi? Itulah kesalahan terbesar para birokrat bersama politisi pendukung rejim penguasa dalam mengelola negara selama 32 tahun! Gerakan reformasi lahir dan muncul justru karena tekanan dan penindasan penguasa sudah melampaui ambang batas ketahanan dan kesabaran massa rakyat. Menurut logika dan akal sehat, setelah pemerintahan reformasi terbentuk, seharusnya yang nomor satu adalah mengadili kejahatan dan kriminalitas politik rejim orde baru. Termasuk segala kebijakan manajemen pemerintah yang merugikan keuangan negara. Kemudian disusul penuntutan hukum terhadap oknum pelaku kasus per kasus. Kenyataannya sekarang, ungkapan “pemasungan demokrasi selama 32 tahun” hanyalah sekedar jargon yang maknanya semakin kabur.Memang tak dapat disangkal bahwa dulu anggota DPR/MPR pendukung orde baru tidak bebas bicara karena takut ditempeleng dan ditangkap pihak militer. Mereka tahu hak bicaranya dibatasi, tahu banyak rekayasa tapi tak berani melawan. Tanpa susah payah mereka menikmati fasilitas DPR/MPR dan bukan mustahil kecipratan rejeki bila ada kasus berbau korupsi yang sampai ke komisi DPR. Maka terbentuklah kelompok wakil rakyat yang pengecut, rakus dan munafik. Kala itu mereka malu dan jengkel sekali kepada Iwan Fals yang menelanjanginya melalui dendang dan lagu. 

Setelah presiden RI bukan lagi tentara yang berpangkat jendral, mereka tak takut lagi ditempeleng atau dipanggil Kodim. Maka terbentuklah politisi oral DPR/MPR yang bicara semaunya, memfitnah dan menghina presiden sipil Kyai Haji yang terkendala akibat stroke. Seperti lazimnya brandalan pengecut, hanya berani dalam kelompok; memeras Cina atau orang lemah, dan lari terbirit-birit bila korbannya punya backing orang kuat. Begitu pulalah politisi oral DPR/MPR,ketika ada pembela Gus Dur yang berani mati, ketika umat NU mengadakan doa bersama istigotsah, sejumlah anggota DPR/MPR kalang kabut minta perlindungan polisi. Mereka takut… Berani karena benar, takut karena salah. Sebetulnya DPR itu kumpulan orang pintar, tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tahu juga bahwa GD konsisten melaksanakan amanah 
reformasi, basmi KKN dan ingin meluruskan sejarah. Konekuensi lanjutnya pasti akan terbasmi pula semua politisi pedosa rejim orba. Maka GD digoyang terus. Sebagai orang pintar, politisi oral DPR/MPR tahu persis bahwa argumentasi BBGate sangat lemah. Tindak fitnah, penghinaan dan pelecehan kepada GD termasuk move-move politik DPR/MPR yang merusak perekonomian nasional, dapat berakibat dekrit pembubaran DPR. Sekarang mereka takut dekrit presiden 
Selain takut kepada eksekutif reformis, politisi DPR/MPR juga takut kepada massa PDIP. Tahun 1999 mereka menggelar proyek ABM karena takut PDIP. 

Sekarang untuk menjinakkan banteng, politisi oral DPR/MPR menanam budi mengangkat Mega jadi RI-1. Mereka sudah mulai menghitung komisi yang bakal dipanen kelak. Panen lain yang akan menyusul adalah pecahnya formasi kuat PDIP-PKB. Mereka paham betul bila Mega jadi RI-1 tahun 2001 adalah ibarat bayi lahir prematur. Banyak krisis banyak peluang. Dalam strategi, politisi oral DPR/MPR adalah kumpulan brandal, pengecut, rakus dan licik. Dalam taktik mereka adalah kriminal profesional yang harus diwaspadai. Menggerakkan huru-hara, kelompok etnis/suku, desa sampai RT saling bunuh dan tawuran. Maka isu KKN dilupakan. Bom meledak dimana-mana, ada berita 
baru. BBGate, mogoknas BEM, memo, ada berita baru. NU gadungan disambut hangat AR. Dokter jarak jauh disambut hangat AT, ada berita baru. Ginanjar ditahan, hanya tujuan politik bukan berita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar